Sejarah Kecerdikan Pyrrhus dari Epirus Part 1
Selamat Siang, Ini pertama kalinya saya menulis tentang
sejarah di blog ini. Jadi mohon koreksi bila ada kesalahan dalam penulisan.
Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang kecerdikan seorang raja
dari Yunani yaitu Pyrrhus dari Epirus.
Patung Pyrrhus oleh Catalon : Wikipedia |
Mungkin kita pernah mendengar namanya dari istilah “Pyrrhic Victory” atau Kemenangan
Pyrrhic, yang berarti sebuah kemenangan dalam pertempuran yang menghabiskan
banyak biaya dan tentara pada si pemenang dan justru mengakibatkan kerugian.
Ini tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh reputasinya ketika berperang
melawan Republik Romawi di tahun 280 SM. Romawi yang kala itu militernya sedang
bangkit di semenanjung italia dan menjadi yang terkuat, ngos-ngosan melawan
Pyrrhus dan banyak mengalami kekalahan dan kerugian dalam pertempuran meskipun
Romawi berhasil memenangkan perang tersebut.
Dia sering disejajarkan dengan jendral terbaik di masa itu
seperti Alexander yang Agung dan Hannibal Barca. Lalu bagaimana kisah awal
Pyrrhus sehingga bisa menjadi salah satu komandan militer yang bisa
disejajarkan dengan Alexander yang Agung dan Hannibal Barca? Silahkan simak
pembahasan berikut ini.
Pyrrhus adalah putra dari Raja Epirus bernama Aiakides dan
Phthia, seorang perempuan Thessaly, dan merupakan sepupu kedua dari Aleksander
yang Agung (melalui ibu Aleksander, Olimpias). Pada saat itu Pyrrhus baru
berusia dua tahun ketika ayahnya dikudeta pada 317 SM.
Dia dan keluarganya lalu mencari suaka ke Kerajaan Taulantia
di selatan illiyria (sekarang Albania), salah satu dari suku illyria. Raja
Taulantia yaitu Glaukias meminta istrinya untuk mengasuh Pyrrhus karena
Glaukias berpikir bahwa Pyrrhus bisa dijadikan boneka dan sekutu baru ketika
kembali menduduki tahtanya di Epirus.
Benar saja, Glaukias membantu mengembalikan tahta Epirus kepada
Pyrrhuss sang pemilik tahta yang sah pada tahun 306 SM. Tetapi tidak lama
kemudian ia digulingkan kembali empat tahun kemudian oleh Kassandros
Antripatros, tetangga Epirus yaitu Raja Makedonia, yang waktu itu menggantikan
posisi raja sebelummya, Alexander yang Agung.
Makedonia disini tidak meliputi wilayah yang dikuasai oleh
Alexander yang Agung dulu, melainkan hanya wilayah di Yunani saja, karena pada
saat itu wilayah Persia yang ditaklukan Alexander telah dikuasai dan
dibagi-bagi oleh jendral-jendral atau Diadokhoi nya dahulu. Para Jendral ini
saling berperang atas klaim menyatukan warisan Alexander dan dikenal dengan
nama Perang Diadokhoi.
Pyrrhus yang terangsingkan akhirnya memutuskan untuk
bergabung dan bertarung bersama-sama dengan Demetrios I Antigonid dari
Makedonia dan menjadi perwira dibawahnya dan berjanji akan menyatukan sisa-sisa
Kekaisaran Alexander yang Agung bersama.
Pada tahun 301 SM. Pyrrhus akhirnya terlibat dalam
Pertempuran Ipsos, yaitu pertempuran antara Demetrios I melawan Pasukan
gabungan tiga Diadokhoi lain, yaitu Lisimakhos dari Thrace, Seleukus I Nikator
dan musuh lama Pyrrhus yaitu Kassandros. Pasukan Demetrius yang kalah jumlah
berhasil dikalahkan oleh koalisi itu. Meskipun begitu Demetrius I Antigonus dan
Pyrrhus berhasil selamat.
Pada tahun 298 SM, Pyrrhus dibawa ke Alexandria dikarenakan
perjanjian damai antara Demetrios I dan salah satu Diadokhoi lain sekaligus
pharaoh(raja) Mesir Ptolemy I Soter. Disana dia menikahi anak tiri dari
Ptolemy, yaitu Antigone dengan tujuan mempererat hubungan dengan Ptolemy dan
dapat mendapatkan tahtanya di Epirus kembali.
Pyrrhus memerintah dan memimpin tentara yang berbeda dengan kebudayaan
militer Yunani era Diadokhoi pada saat itu. Dia menggunakan taktik dan
teknologi yang lebih revolusioner, yaitu Phalanx dengan armor lapis baja yang
berat pada tentaranya. Taktik pertempuran Phalanx ini juga telah mengalami
banyak perubahan di dunia Yunani dan sudah lebih efektif dibandingkan milik
Alexander III (yang Agung) dan pendahulunya.
Benar saja, dengan kecerdikannya Pyrrhus berhasil menguasai
Epirus pada tahun 297 SM, dengan dukungan Finansial dan Militer dari Ptolemy
pastinya. Apalagi Mesir adalah daerah terkaya dari segi populasi maupun
produksi dan perdangannya. Mesir adalah jalur perdagangan laut utama pedagang dari
India dan Arab.
“Ya iyalah,orang dia
menantu kesayangan Ptolemy apalagi jago perang dan diandalkan.”
Ketika berkuasa di Epirus, ia dan istrinya dikaruniai seorang
putra yang diberi nama Ptolemy. (Kebudayaan
Hellenistik (Yunani) sering memberikan nama anak pertama mereka dengan nama
kakek dari anak tersebut.)
Pyrrhus menjadi lebih terkenal lagi karena menjadikan kota
Dodona sebagai pusat keagamaan helenistik dan membangun sebuah teater besar
dengan 17.000 kursi dan banyak kuil yang indah.
Dia juga menyelenggarakan pertandingan atletik setiap empat tahun,
festival Naïa, untuk menghormati Zeus.
Theatre di kota Dodona |
Ironinya lagi, Pyrrhus lalu memperluas kerajaannya ke Illyria
selatan (daerah ketika dia dulu mencari suaka) dan menyerap beberapa provinsi
seperti Amphilochia, Parauaea, dan Tymphaea yang berbatasan dengan Makedonia.
Selain itu, pada tahun 286 SM, Pyrrhus berhasil menguasai
Kerajaan Makedonia dari mantan sekutunya yaitu Demetrios I, meskipun pada tahun
284 SM dia kembali diusir dari Makedonia oleh musuh lamanya Lisimakhos.
Yap, pesan dari post kali ini membuat kita belajar bahwa
dalam dunia politik, kawan dapat menjadi lawan dan lawan pun bisa menjadi
sebaliknya sebaliknya. Dan Pyrrhus menyadari itu adalah hal yang penting.
Nah untuk part selanjutnya saya akan membahas bagaimana
keberhasilannya dalam perang melawan SPQR a.k.a Republik Romawi dan mampu
menjadi raja Sicilia.
Mantep untuk tulisannya, mudah dimengerti dan runut.
BalasHapuskereen
BalasHapuskeren semangat cuy buat blognya
BalasHapus